Korban itu resipi CINTA

Semakin banyak pengorbanan yang diberikan, Semakin tinggi nilai cinta tersebut

Kenapa kasih ibu menggunung tinggi buat si anak? Biar anak itu kuat merengek, meminta itu dan ini. Menangis siang dan malam di usia bayi dan bila meningkat usianya mulut tidak henti2 bertanya itu dan ini..tapi si ibu masih bisa mengungkap segaris senyuman..biar si anak menangis tangan si ibu masih adyik mengayun buaiannya..biar mulut membebel memarahi anak yang jatuh berdarah, tangannya masih lagi tak henti mengelap luka. Begitulah ibu, kasihnya menggunung tinggi biar lelah melayan kerenah si anak.

Namun dek kerna semua penat lelahnya itulah kasihnya makin mendalam, makin dia mencintai insan bergelar anak itu.

Jadi rasanya tidak salah hipotesis saya. Semakin tinggi pengorbanan, Semakin tinggi nilai cinta kita.

Jadi jika ditanya kenapa kita begitu mencintai dunia? Mungkin sebab kita begitu bersungguh2 dengan dunia.dengan kerja kita. Kita akan all out. Keluar pagi pulang malam untuk sebulan gaji. Tak kisah untukw bersesak dalam jam mahupun berpedih mata dihadapan pc.

Jadi jika ditanya formula untuk mencintai akhirat? Maka jawapannya masih sama, BERKORBANLAH. kerna cinta itubtidak datang percuma. Ia datang dengan 1001 pengorbanan. Berkorbanlah baik dengan harta dan jiwa kerna syurga Allah itu jaaauuuuuuhhh lebih mahal harganya.

Moga dikurniakan kesabaran untuk melaksanakan ketaatan dan dipermudahakan untuk beramal, berkorban untuk akhirat yang kekal. Moga Allah redha
Wallahualam~

Apa yang diberi, itulah milik kita *hard, yet it is true*


Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seorang sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.

Jika sayang, nyatakanlah, usah disimpan


Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.”
Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?”
Dia menjawab: “belum.”
Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!”
Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.”
Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” 
(HR Abu Daud)

Kerana sesungguhnya rasa itu jauh tersimpan di sudut hati. Kekadang, ucapan itulah yang akan mengikat kasih sayang. Bukan kita tidak tahu rasanya di hati, tetapi Rasulullah pun berpesan agar kita melembutkan hati dan menyatakan pada insan lain. Kerana rasa apresiasi itu akan buat cinta makin berbunga. Sedangkan Allah yang Maha Mengetahui akan isi hati hambaNya yang paling dalam pun meminta kita berdoa padaNya, bukan kerna DIA tidak tahu. Tapi kerana rasa kehambaan itu akan lebih terserlah, dan lebih kita tahu bahawa kita perlukan DIA. kerna bukan Allah tidak Tahu.
Apatah lagi manusia yang serba tidak tahu, dan lebih lemah hatinya, Kata-kata itulah akan menjadi penguat dan pengikat. 
Wallahualam